Jakarta, Shoes and Care - Tren mode fashion, termasuk Sneakers, pada hakikatnya terus berputar seperti sebuah roda. Apa yang dulu dianggap kuno kini bisa kembali menjadi sorotan dan membentuk sebuah tren baru. Dalam mode fashion, ada sebuah ungkapan yang mengatakan: “segala sesuatu akan kembali menjadi tren pada waktunya” dan itu berlaku juga untuk dunia tren sneakers. Sebenarnya, apa yang membuat siklus perputaran tren sneakers ini terjadi? Dan mengapa terjadi seperti itu? Yuk kita bahas!
1. Inspirasi dari Era Tertentu
Tren sneakers sering kali terinspirasi oleh era tertentu. Contohnya, tren chunky sneakers yang booming beberapa tahun terakhir sebenarnya mengambil inspirasi dari gaya sneakers tema sportstyle di era 90-an. Merek seperti Balenciaga dan Fila berhasil menghidupkan kembali siluet besar dan tebal ini yang sebelumnya sempat dianggap ketinggalan zaman dan ‘rame’.
Sebaliknya, sneakers dengan desain minimalis yang populer di tahun 2010-an mengambil inspirasi dari gaya klasik tahun 1970-an. Sneakers seperti Adidas seri Stan Smith dan Superstar mengembalikan desain clean look dan simpel yang selalu berkorelasi dengan tren estetika modern.
2. Pengaruh Budaya Pop
Budaya pop turut memainkan peran besar dalam menentukan apa yang akan menjadi tren. Ketika selebritas, influencer, atau tokoh publik terlihat memakai jenis Sneakers tertentu, popularitasnya bisa langsung meroket. Ambil contoh fenomena Crocs yang pernah dianggap tidak modis, tetapi kini menjadi tren setelah banyak selebritas dan desainer besar seperti Balenciaga mengadopsinya desainnya.
Selain itu, kolaborasi dengan artis atau brand terkenal juga mendorong tren. Contohnya seperti Air Jordan yang menjadi ikon mode berkat Michael Jordan hingga menjadi one of the most influential sneakers sepanjang masa. Bahkan hingga kini, kolaborasi Jordan dengan desainer, artis papan atas, atau brand lain masih sangat dinanti dan diincar oleh kalangan sneakerhead.
3. Siklus Nostalgia
Nostalgia adalah salah satu faktor kunci dalam perputaran tren sneakers. Konsumen sering kali merasa tertarik pada hal-hal yang mengingatkan mereka pada masa lalu, terutama ketika hal tersebut dikaitkan dengan kenangan indah. Tren ini dikenal dengan istilah “nostalgia-driven fashion”.
Sneakers seperti Converse Chuck Taylor atau Vans Old Skool adalah contoh yang sempurna bagaimana desainnya dari masa ke masa tetap bertahan. Sneakers ini awalnya populer di tahun 1960-an hingga 1980-an, namun terus kembali menjadi tren berkat daya tarik nostalgia dan desainnya yang simpel alias cocok digunakan dalam berbagai kesempatan.
4. Teknologi dan Inovasi
Kemajuan teknologi dalam produksi Sneakers juga memengaruhi bagaimana tren berputar. Banyak brand yang menggabungkan antara desain klasik dengan teknologi modern. Misalnya, Nike menghidupkan kembali model Air Max dengan teknologi Flyknit yang lebih ringan dan nyaman. Teknologi ini membuat konsumen tidak hanya tertarik pada estetika, tetapi juga fungsi. Di sisi lain, inovasi sering kali membawa desain baru yang kemudian menjadi tren, seperti munculnya sneakers berbahan semi-transparan atau sol berteknologi canggih yang mengutamakan performa.
5. Tren Custom dan Personalization
Di era modern, personalisasi menjadi bagian besar dari tren Sneakers. Konsumen tidak hanya ingin mengikuti tren, tetapi juga ingin sesuatu yang mencerminkan kepribadian mereka sendiri. Ini menyebabkan munculnya tren sneakers custom yang memungkinkan seseorang mendesain alas kaki mereka sesuai selera.
Merek seperti Nike dan Adidas menawarkan opsi personalisasi langsung melalui platform mereka. Sementara itu, bisnis kecil yang menyediakan jasa custom Sneakers juga semakin diminati. Dengan tren ini, desain klasik atau modern bisa diadaptasi menjadi sesuatu yang unik.
6. Peran Media Sosial
Media sosial, khususnya Instagram dan TikTok, menjadi penggerak utama tren Sneakers. Dengan algoritma yang memperlihatkan konten populer, jenis Sneakers tertentu dapat langsung viral dalam waktu singkat. Hashtag seperti #OOTD (Outfit of the Day) atau #sneakerhead membuat Sneakers menjadi bagian penting dari penampilan sehari-hari.
Bahkan Sneakers yang sebelumnya hanya digunakan untuk tujuan tertentu, seperti sneakers hiking atau trail running bisa menjadi tren mode berkat eksposur di media sosial. Contoh lainnya adalah popularitas sneakers outdoor seperti Hoka, Salomon maupun Norda yang kini dianggap stylish meski awalnya dirancang untuk fungsi khusus.
7. Eksperimen Desain dan Material
Desainer terus bereksperimen dengan material dan bentuk baru, yang sering kali menarik perhatian pasar. Sneakers berbahan daur ulang, seperti yang ditawarkan oleh merek Allbirds, menjadi tren karena konsumen semakin peduli pada isu lingkungan. Sneakers dengan desain futuristik, seperti model Yeezy dari Ye (Kanye West) juga berhasil mencuri perhatian karena bentuknya yang unik.
Eksperimen ini sering kali membawa desain yang tak terduga ke arus utama. Sneakers yang dulunya dianggap terlalu “out-of-the-box” bisa menjadi tren setelah berhasil memikat pasar niche terlebih dahulu.
8. Contoh Perputaran Tren yang Menarik
Sebagai penutup, berikut adalah beberapa contoh menarik dari perputaran tren Sneakers:
- Platform Shoes: Populer di tahun 1970-an, platform shoes kembali muncul di awal 2000-an berkat budaya pop, dan kini kembali menjadi tren berkat merek seperti Gucci.
- Boots Dr. Martens: Awalnya populer di kalangan pekerja di tahun 1960-an, boots ini menjadi simbol subkultur punk di tahun 1980-an dan kini kembali menjadi fashion statement.
- Sneakers Ballet Flats: Tren di awal 2000-an, ballet flats kembali populer di era 2020-an dengan sentuhan modern.
Kesimpulan
Tren Sneakers yang berputar menunjukkan bahwa mode selalu berubah, tetapi sering kali kembali pada akar yang sama. Perubahan budaya, teknologi, dan preferensi konsumen adalah pendorong utama dari siklus ini. Dengan memahami pola ini, kamu bisa lebih bijak dalam memilih Sneakers, baik untuk mengikuti tren atau menciptakan gaya pribadi yang timeless. Jadi tunggu saja, siapa tahu sneakers favoritmu yang dulu pernah dianggap kuno akan kembali menjadi tren!