Jakarta, Shoes and Care - Kalau kamu pernah beli sepatu dari beberapa brand berbeda, mungkin pernah mengalami situasi di mana sepatu ukuran 42 di satu merek terasa pas, tapi di brand lain malah terlalu sempit atau terlalu longgar. Hal ini sebenarnya cukup umum terjadi dalam dunia sepatu. Perbedaan sizing antar brand bukan tanpa alasan dan tentu ada banyak faktor yang memengaruhinya. Nah, biar kamu nggak bingung lagi, berikut ini 6 alasan utama kenapa sizing sepatu bisa berbeda-beda antar brand.
1. Perbedaan Standar Ukuran di Setiap Negara
Salah satu alasan paling mendasar adalah perbedaan standar ukuran sepatu di berbagai negara. Di dunia ini, ada beberapa sistem ukuran yang paling umum digunakan seperti EU (Eropa), US (Amerika), UK (Inggris), JP (Jepang), hingga CM (centimeter).
Contohnya, ukuran US 9 belum tentu sama panjangnya dengan ukuran EU 42 atau UK 8. Setiap standar memiliki cara pengukuran sendiri-sendiri. Misalnya, sistem US biasanya diukur berdasarkan panjang kaki dalam inci, sedangkan sistem EU menggunakan angka keliling sepatu.
Selain itu, dalam satu brand yang berbasis di Jepang atau Eropa, sizing mereka cenderung sedikit lebih kecil daripada brand asal Amerika. Karena itulah, sepatu dengan ukuran yang sama di angka bisa saja terasa berbeda di kaki.
2. Desain Last yang Digunakan Berbeda
Last adalah cetakan kaki yang digunakan untuk membentuk sepatu saat diproduksi. Nah, tiap brand punya desain last yang berbeda sesuai dengan konsep, pasar, dan target penggunanya. Misalnya, brand olahraga asal Jepang cenderung membuat last yang lebih ramping sesuai dengan bentuk kaki masyarakat Asia.
Sedangkan brand asal Eropa atau Amerika biasanya punya last yang lebih lebar di bagian depan karena mengikuti bentuk kaki orang Barat. Itulah kenapa, meskipun ukurannya sama, sepatu bisa terasa lebih sempit atau lebih lega di bagian tertentu tergantung dari desain last-nya.
3. Perbedaan Model dan Tipe Sepatu
Selain dari standar ukuran dan last, perbedaan sizing juga bisa dipengaruhi oleh jenis sepatu itu sendiri. Misalnya, sepatu running, sepatu sneakers casual, sepatu hiking, atau sepatu formal masing-masing memiliki karakter fitting yang berbeda.
Sepatu lari biasanya dibuat lebih snug atau pas ke kaki supaya lebih stabil saat berlari. Sementara sepatu sneakers casual cenderung dibuat sedikit lebih longgar agar nyaman dipakai seharian.
Begitu juga dengan sepatu boots atau sepatu safety, biasanya diberi ruang lebih di bagian depan untuk memberi kenyamanan saat kaki bergerak. Karena itu, meskipun sama-sama ukuran 42, sepatu running dan sepatu sneakers bisa terasa beda saat dipakai.
4. Kebijakan Fitting Masing-masing Brand
Setiap brand memiliki kebijakan atau standar fitting tersendiri. Ada brand yang memang sengaja membuat sepatu dengan fit true to size (sesuai ukuran standar), ada juga yang cenderung lebih kecil (narrow fit) atau sedikit lebih besar (relaxed fit).
Hal ini biasanya disesuaikan dengan gaya dan konsep produk. Brand fashion streetwear seperti Converse atau Vans misalnya, seringkali memiliki size yang sedikit lebih besar. Berbeda dengan brand running seperti Asics atau Nike yang biasanya lebih true to size tapi memiliki variasi di lebar (wide, regular, narrow). Kebijakan seperti ini yang membuat satu ukuran bisa terasa beda antar brand.
5. Material dan Bahan yang Digunakan
Material sepatu juga berpengaruh pada kenyamanan dan rasa ukuran saat dipakai. Sepatu berbahan kulit asli misalnya, biasanya akan melar seiring pemakaian sehingga di awal mungkin terasa sedikit sempit.
Sementara sepatu berbahan mesh atau knit cenderung lebih fleksibel dan bisa mengikuti bentuk kaki. Karena karakter material ini berbeda-beda, tiap brand punya pertimbangan tersendiri dalam menentukan ukuran saat merancang produknya.
Itulah kenapa, meskipun angka ukurannya sama, sepatu berbahan mesh bisa terasa lebih nyaman dibanding sepatu berbahan kulit di kaki yang sama.
6. Segmentasi Pasar dan Target Pengguna
Setiap brand sepatu memiliki target pasar yang berbeda-beda. Ada yang menyasar kalangan profesional, atlet, pekerja kantoran, anak muda, hingga segmen anak-anak.
Karena itu, bentuk dan ukuran sepatu dibuat menyesuaikan dengan karakteristik rata-rata kaki target pasarnya. Brand sepatu basket biasanya punya size chart dengan lebar tambahan di bagian depan karena pemain basket sering butuh ruang lebih untuk manuver.
Sementara brand sepatu formal cenderung lebih ramping karena dipakai di situasi yang tidak terlalu banyak bergerak. Segmentasi ini yang akhirnya memengaruhi kebijakan sizing dan fitting tiap brand.
Kesimpulannya:
Dari semua poin tadi, bisa disimpulkan bahwa perbedaan sizing antar brand bukan sekadar soal angka di label sepatu, tapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari standar ukuran negara, desain last, jenis sepatu, kebijakan fitting, bahan, hingga target pasarnya.
Jadi, buat kamu yang suka beli sepatu, apalagi kalau online, sebaiknya jangan cuma patok ke ukuran angka saja. Coba cek dulu size chart resmi dari brand tersebut, lihat review pengguna lain, atau kalau bisa, coba langsung sepatunya sebelum beli.
Karena ukuran yang sama di satu brand, belum tentu terasa sama di brand lain. Dengan memahami hal ini, kamu bisa lebih bijak dalam menentukan size sepatu yang paling pas dan nyaman buat aktivitas sehari-hari. Semoga artikel ini membantu!